Keyword1, Keyword2, Keyword3, Keyword4, Keyword5 dst..
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MAZMUR 34:9

Pdt. Agus Marjanto, M.Th.

Mazmur 34:1-11

Banyak yang menjadi orang Kristen, pergi ke gereja, bahkan melayani di gereja, tetapi saya tanya di dalam jiwamu secara jujur, apakah engkau bisa mengatakan kalimat ini? “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!” Hanya orang-orang yang takut akan Dia yang bisa mengucapkan kalimat ini. Hanya orang-orang yang berlindung pada Dia saja yang bisa mengucapkan kalimat ini. Banyak dari antara kita yang hadir di tempat ini atau mendengarkan khotbah ini adalah orang-orang yang sebenarnya palsu. Engkau mengatakan bahwa Tuhan kita itu Yesus Kristus tetapi sebenarnya kita tidak pernah mencari perlindungan dari Dia. Tidak pernah mencari wajah-Nya. Tidak pernah untuk mencari Dia adalah yang permulaan dan Dia yang paling terakhir di dalam hidup kita. Oh pemazmur Daud menyatakan: “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!” Dia sudah mengalami bahwa TUHAN Yahweh, the God of covenant, Yesus Kristus itu hidup. Ayat ini sendiri menyatakan hanya di dalam Kristus Yesus, saudara dan saya bisa melihat Allah yang hidup. Ayat ini tidak saja mengatakan bahwa Allah, God yang tinggi di sana, tetapi bicara mengenai TUHAN Yahweh. Dan ayat ini juga menyatakan bahwa Tuhan itu merancangkan kebaikan dan pertolongan dan penyediaan kepada anak-anak-Nya. Oh didiklah jiwa kita untuk minta kepada Allah, biarlah kalimat ini boleh ada di dalam hidupku. Jadilah orang-orang yang sungguh-sungguh mengalami Allah. Sungguh-sungguh berjumpa dengan Allah. Sungguh-sungguh kita bisa mengatakan Allahku itu hidup adanya. Jangan engkau puas hanya dengan aktif di dalam gereja. Jangan cuma puas hanya dengan menempelkan kekristenan di dalam hidup kita. Tetapi hidup yang hanya satu kali adalah hidup yang seumur hidup dalam apapun saja konteksnya kita mencari wajah Dia. Saya akan jelaskan beberapa hal-hal yang penting di dalam ayat ini.

Ayat ini ditulis pada waktu kapan? Pada waktu Daud berada di dalam penindasan yang besar. Mazmur ini lahir dari tempat terbawah di dalam hidupnya Daud. Sangat ekstrim, sangat putus asa. Daud pada waktu itu sendirian. Tidak ada bodyguard di dekat dia. Bahkan sebenarnya, sebelumnya dia tidak ada makanan yang dibawanya. Kalau kita mengingat mengenai Daud kita selalu berpikir bahwa dia adalah raja yang kaya, tetapi pada saat itu selama beberapa minggu atau bulan bahkan, dia kelaparan sangat miskin. Kita berpikir dia adalah raja dan penuh dengan pengawal-pengawal, tetapi beberapa bulan atau beberapa minggu, tidak ada satu orang pun yang menemani dia, dia sungguh-sungguh sendirian. Dan kita berpikir bahwa Daud itu adalah orang yang sangat kuat dan sangat berani. Benar dia berani dan sangat kuat, karakternya tidak mau untuk kalah. Tetapi, di dalam poin ini, apa yang terjadi pada dia, dia sangat ketakutan. Pada waktu itu Daud berada di dalam menjadi pelarian seluruh bangsa Israel. Saul sudah menjadikan dia sebagai musuh negara. Dan semua panglima-panglima Saul mencari Daud karena Saul sangat iri kepada Daud. Pada waktu itu Daud berhasil untuk membunuh Goliat, dan karena itulah banyak orang memuji Daud lebih daripada Saul. Saul tidak bisa menerima keadaan ini maka kemudian dia berencana untuk membunuh Daud. Tetapi kemudian Daud berhasil melarikan diri. Dia menjadi pelarian satu negara Israel. Dia saat itu berada di dalam kesulitan yang besar, karena akhirnya dia harus lari sampai ke daerah orang Filistin. Dan pada waktu Mazmur ini ditulis, dia baru saja keluar dari satu kota namanya Gat. Gat adalah kota asal Goliat. Ketika Daud lari ke sana, maka seluruh orang langsung tahu, ini orang yang membunuh pahlawan mereka. Kemudian rajanya itu menyelidiki Daud. Ketika Daud mengalami bahaya seperti ini, begitu dekat dengan kematian, ketakutan luar biasa, lalu kemudian dengan sedikit kepandaiannya, dia langsung berpura-pura menjadi orang gila. Dia mengeluarkan air liurnya sebanyak mungkin. Dan kemudian seluruh janggutnya dipenuhi dengan air liur. Dia kemudian mengambil debu dan menempelkan ke mukanya. Dia berpura-pura sebagai orang gila dan membuat dirinya sungguh-sungguh dipermalukan sampai raja dan seluruh orang di situ percaya bahwa ini orang gila. Apakah ini bukan tempat yang paling rendah dari hidup Daud? Ketika Alkitab menyatakan hal-hal seperti ini, Tuhan memberikan kepada kita Firman.

Apa artinya Tuhan memberikan kepada kita Firman? Di dalam Alkitab, maka orang-orang yang ada adalah orang-orang yang memiliki konteks-konteks kehidupan yang intinya sama dengan hidup kita. Tentu bahwa semua orang yang berperan di dalamnya berbeda, mungkin kita tidak pernah menjadi tahanan politik, mungkin kita tidak pernah berada di dalam bahaya pedang, tetapi saudara-saudara, kita dan semua orang Kristen pasti pernah atau akan mengalami tempat yang paling bawah di dalam kehidupannya. Ketika itu terjadi Allah sudah memberikan Firman-Nya. Allah sudah memberikan jalan keluar untuk kita menghadapinya. Allah sudah menuliskan ayat-ayat ini untuk memberitahu kehendak-Nya itu apa ketika kita berada pada titik terbawah. Apa yang harus kita cari? Apa yang harus kita kerjakan? Apa yang menunjukkan jalan yang seharusnya kita tempuh? Oh Alkitab menyatakan beritahu kepadaku jalan-jalan-Mu ya Tuhan. Dan ini adalah jalan untuk orang-orang yang berada di tempat yang paling bawah. Di tempat yang paling bawah itu Daud memberitahukan kita apa yang berkenan di mata Allah. Dan apa yang dikerjakan Daud di dalam tempat yang terbawah ini? Ayat yang ketujuh dia mengatakan, aku orang yang tertindas ini berseru kepada Tuhan. Daud mencari Tuhan. Perhatikan ayat yang keenam, “Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya.” Dia mengajar kita untuk menatap Tuhan terus menerus secara rohani di dalam hati kita. Perhatikan kita harus mendidik jiwa kita, melatih jiwa kita untuk memandang Allah secara rohani. Hidup ini, saudara boleh jalani dengan senyum atau mungkin dengan air mata atau mungkin dengan kemarahan. Di dalam hidup ini mungkin ada kekuatiran atau ada ketakutan. Apapun lapisan fenomena hidup kita, sungguh latihlah jiwa kita selalu memiliki arah mata hati itu mengharap kepada Tuhan. Pastikan isi hati kita, matanya itu terarah terus kepada Allah, itu yang akan menjaga kita. Pemazmur Daud menyatakan: “Tujukanlah pandanganmu kepada Allah, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.” Menatap Tuhan terus menerus. Mencari wajah Tuhan sampai Dia menjawab.

Salah satu Mazmur yang sangat saya sayangi adalah Mazmur pasal 123, Mazmur yang sangat indah dan saudara bisa melihat bagaimana seorang yang sungguh-sungguh menatap wajah Allah. “Kepada-Mu aku melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di sorga. Lihat, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita. Kasihanilah kami, ya TUHAN, kasihanilah kami, sebab kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan; jiwa kami sudah cukup kenyang dengan olok-olok orang-orang yang merasa aman, dengan penghinaan orang-orang yang sombong.” Saudara-saudara, lihatlah budak ini. Budak yang mengharapkan pertolongan daripada tuannya saja. Budak yang berlutut dengan mata yang berharap seperti pengemis yang tidak punya apa-apa, yang hidupnya hanya berharap kepada belas kasihan tuannya. Mata budak ini tetap terbuka dan air matanya terus turun, dia tidak mengasihani diri sendiri dan dia tidak mau memandang musuh yang mendekat, dia hanya memandang terus tuannya sampai tuannya mengasihani dia. Itu adalah matanya Hana ketika meminta anak. Itu adalah matanya perempuan Siro-Fenisia ketika minta anaknya disembuhkan. Dan itu adalah matanya Daud di depan kuburannya. Di tempat yang paling bawah, apa yang saudara dan saya itu pikirkan? Ketika di tempat yang paling gelap, apa yang saudara itu mau untuk putuskan mengambil suatu tindakan? Maka Daud mengatakan cari wajah Allah pertama kali. Tetapi bukan saja pertama kali, continue terus mencari wajah Allah sampai Dia membebaskan kita. Pengharapan ini diulang-ulang berkali-kali di dalam Alkitab dan tidak pernah gagal. Dan Tuhan menjamin tidak pernah gagal. Saudara-saudara, bukankah definisi dari iman adalah orang yang mencari Allah harus percaya bahwa Dia ada dan Tuhan akan memberikan upah? Lihatlah peristiwa-peristiwa bagaimana satu per satu orang-orang yang dipakai Tuhan dalam Alkitab mencari wajah-Nya dan setiap kali dia mencari wajah Allah tidak pernah gagal. Dan berkali-kali di dalam Mazmur, satu kalimat yang sering diulangi adalah cari wajah-Ku, cari kuasa-Ku. Bahkan ketika kepada orang Israel yang sudah jatuh di dalam dosa, maka Tuhan menjanjikan bertobatlah, berbalik dan cari wajah-Ku dan Aku akan mengampuni engkau. Kenapa banyak dari kita mencari wajah Allah adalah hal terakhir kalau kita sudah tidak mendapatkan pertolongan dari manapun saja? Daud itu mengajarkan kepada kita,hal pertama, hal terutama, dan hal yang terus menerus sampai pada akhirnya adalah memandang wajah Allah sampai Dia membebaskan kita. Di dalam Alkitab dikatakan Tuhan itu melepaskan Daud dari ketakutannya, dari musuhnya, dari kemalangannya.

Banyak dari kita ketika melihat ayat-ayat ini, maka berpikir bahwa kita adalah orang yang mencari wajah Allah tetapi sebenarnya kita lebih cocok dengan Ahas dibandingkan Daud. Ahas adalah satu raja yang kelihatannya beribadah tetapi sebenarnya dia mencari pertolongan manusia. Mari kita melihat Yesaya 7:1-9. Raja Yehuda yaitu raja Ahas, begitu sangat ketakutan karena ada koloni yang besar dari Siria dan Efraim mau menyerbu dia. Itu sebenarnya perkumpulan beberapa bangsa bukan cuma dua bangsa, meskipun tidak terlalu besar. Sebenarnya mereka mau mengajak Ahas bangsa Yehuda untuk bergabung dengan mereka melawan Asyur. Tetapi Ahas itu tidak mau untuk melawan Asyur. Lalu kemudian semua bangsa yang kecil yang berkumpul menjadi koloni itu kemudian melawan Ahas. Alkitab mengatakan di dalam ayat yang kedua: “maka hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar ketakutan seperti pohon-pohon hutan bergoyang ditiup angin.” Di saat seperti itu Tuhan dengan cepat mengirimkan Yesaya datang ke tempat raja Ahas. Dan kemudian di dalam ayat yang ke-11, Yesaya itu berkata kepada raja Ahas: “Mintalah suatu pertanda dari TUHAN, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas.” Ini adalah sesuatu janji bahwa Tuhan itu akan melepaskan Ahas. Tetapi Ahas tidak mau berlindung kepada Tuhan. Ahas tidak mau mencari wajah Tuhan. Ahas berpura-pura berbicara kepada seorang hamba Tuhan ini: “Oh tidak, saya tidak mau menyusahkan Tuhan. Aku tidak mau untuk mencobai Tuhan.” Tetapi Yesaya diberitahu oleh Tuhan bahwa Ahas itu sangat-sangat menipu. Maka Yesaya mengatakan berapa lama lagi engkau mau menyusahkan bahkan engkau menyusahkan Allahku? Yesaya begitu marah kepada raja Ahas, karena Ahas tidak mau meletakkan seluruh bulat hati pengharapannya kepada pertolongan Yahweh. Dia itu munafik. Dia seakan-akan beribadah, dia mengucapkan kalimat-kalimat yang seakan-akan saleh, tetapi sebenarnya hatinya tidak pernah berharap penuh kepada Allah. Sebenarnya apa yang terjadi? Yang terjadi adalah Ahas meminta panglimanya cepat naik kuda pergi ke Asyur, meminta bala bantuan Asyur. Dia mengharapkan manusia menolong dia lebih daripada Allah. Kkita mesti hati-hati di dalam hal ini. Hati kita itu licik, kita berdoa kepada Allah, tetapi sebenarnya kita meletakkan pengharapan kita kepada manusia. Kita berpikir manusialah yang bisa menyembuhkan penyakit kita, kita berpikir bahwa manusialah yang bisa memberikan kepada kita uang, kita berpikir bahwa manusialah yang bisa membuat jalan kita itu lebih lancar. Hal yang paling sederhana saja saudara-saudara, berkali-kali bukankah kita gagal, kita berpikir kalau saya pergi ke dokter itu, apakah dokter itu bisa menyembuhkan penyakit saya? Kalau saudara ditanya siapa yang menyembuhkan penyakitmu, maka saudara-saudara pasti mengatakan Tuhan, itu adalah systematic teologiku, tetapi bukan manusia, tetapi saudara-saudara begitu kita tidak bisa berjumpa dengan dokter itu , hati kita begitu gelisah. Kita berkali-kali kuatir karena kita meletakkan pengharapan kita kepada manusia. Ahas juga mengatakan hal yang sama, oh ya ya, Tuhan pasti menolong, tetapi Tuhan menolong aku melalui Asyur. Jadi tidak ada salahnya bukan untuk memacu kudaku pergi ke Asyur dan meminta pertolongannya. Saya tidak mengatakan bahwa saudara tidak boleh minta pertolongan orang lain, saya tidak mengatakan kita tidak boleh pergi ke dokter, tentu kita pergi ke dokter. Ketika kita tidak memiliki pekerjaan, kita bisa melamar pekerjaan kepada seseorang yang memiliki perusahaan, tentu semua itu kita boleh lakukan, tetapi yang saya tanya adalah hati kita mengharapkan siapa? Siapa yang kita harapkan? Hidup kita berlindung kepada siapa? Saudara-saudara, maka terkadang Tuhan itu memberikan kepada kita satu konteks kehidupan yang tidak ada seorangpun yang bisa menolong kita, untuk melatih hidup kita mencari wajah-Nya “saja”. Apakah benar-benar Allah pengharapan kita “satu-satunya”? Maka Daud mengajarkan kepada kita, sama seperti Mazmur pasal 123 itu, seorang budak yang tidak pernah punya pengharapan apapun saja selain belas kasihan dari pada tuannya. Dan ketika Daud mengharapkan kepada Tuhan, maka ayat yang kedelapan, Daud mengajar kita, Tuhan memberikan pertolongan dengan tangan yang tidak terlihat. Ayat yang kedelapan mengatakan malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Daud mengerti sekali bahwa dia luput dari tangan-tangan orang yang mau membunuh dia, itu adalah karena pertolongan Tuhan, tetapi, perhatikan di mana tertulis di dalam catatan pada waktu Daud lari dari Saul ada malaikat Tuhan yang datang? Tidak ada. Tidak ada malaikat, tidak ada suara Tuhan, tidak ada mujizat. Apakah Daud berbohong? Kadang Tuhan memberikan kepada kita prinsip-prinsip hidup dan prinsip bagaimana Dia bekerja. Di dalam satu orang Dia munculkan prinsip ini, dan kadang apa yang ada dalam prinsip yang Tuhan kerjakan di dalam cara kerjanya di dalam orang ini tidak diungkapkan kepada orang itu, tetapi tidak berarti bahwa cara kerja Allah itu berbeda-beda. Apa yang terjadi kepada Daud, maka itu adalah apa yang sama terjadi kepada Elisa.

Di dalam 2 Raja-Raja 6:15 dan selanjutnya maka saudara-saudara akan menemukan raja Aram yang marah kepada Elisa. Raja Aram berkali-kali mau menghancurkan Israel tetapi tidak bisa. Raja Aram berpikir bahwa pasti ada yang membocorkan rahasia strateginya kepada raja Israel, tetapi panglima-panglima raja Aram mengatakan, bukan kami yang membocorkan rahasia itu melainkan ada satu nabi yang tinggal di Dotan, yang berbicara kepada raja Israel, sehingga mengerti strategi kita, dan itu adalah Elisa. Maka raja Aram marah kepada Elisa, dan kemudian dia mengeluarkan pasukannya untuk mengepung kota Dotan, kota di mana Elisa itu tinggal. Malam hari kota itu sudah terkepung semuanya, pagi harinya, maka pembantu nabi Elisa itu bangun, dan keluar rumahnya, dan dia sangat terkejut, karena dia bisa melihat dari kejauhan itu panglima-panglima dan tentara raja Aram sudah mengepung daerah mereka. Dan kemudian dia gemetar, dan dia cepat-cepat masuk ke rumahnya, dan berkata kepada Elisa: “Tuanku, tuanku kita celaka ini, kita sudah dikepung oleh begitu banyak pasukan, kita mati ini, celaka tuanku.” Tetapi nabi Tuhan Elisa mengatakan: “Jangan takut, sebab yang ada menyertai kita lebih banyak daripada mereka.” Saya yakin sekali pembantu Elisa akan tertawa di dalam hati. Ini perkataan apa? Tetapi orang-orang yang dekat sama Tuhan mengerti cara kerja Allah. Elisa tidak terlalu perlu banyak bicara menjelaskan kepada dia, tetapi perlu ada sesuatu peristiwa untuk membukakan mata dia dan mata kita yang melihat ayat Alkitab. Dan kemudian dia mengatakan, “Tuhan, Yahweh, bukakan matanya, supaya dia bisa melihat.” Dan sesuatu terjadi, dan kemudian pembantu Elisa itu ketika ia melihat keluar, dan dia melihat gunung-gunung yang mengelilingi kota itu, dia melihat malaikat-malaikat berlaksa -laksa dengan panah, dengan pedang, dengan kekuatan perang, dengan kereta yang berapi. Oh ini adalah kekuatan hamba Tuhan. Ini adalah kekuatan anak-anak Tuhan yang berlindung kepada Dia. Tuhan ada di pihak kita, atau tepatnya adalah kita berada di pihak Tuhan. Tuhan pasti melepaskan kita di dalam Kristus Yesus.

Perhatikan, jangan jauh dari Tuhan, jikalau saudara-saudara saat ini jauh, mendekatlah kepada Dia saat ini juga, jangan melakukan dosa-dosa dengan sengaja. Jikalau itu sudah ada, maka bertobatlah, carilah wajah-Nya sekarang, bukan nanti. Sekarang cari wajah-Nya. Berdamai dengan Dia, setiap hari berjalan dengan Dia, jangan biarkan kesulitan itu datang terlebih dahulu, jangan biarkan aniaya itu datang terlebih dahulu, jangan biarkan penyakit itu datang terlebih dahulu, baru saudara mencari wajah Tuhan, cari wajah Tuhan sekarang. Jangan kegelapan atau kesulitan atau kesusahan atau tempat yang paling bawah itu kita alami terlebih dahulu baru mencari wajah Tuhan. Cari wajah Tuhan sekarang. Ini adalah sesuatu yang penting, orang-orang Puritan mengajarkan prinsip ini, apakah kalau kita terlebih dahulu ketemu sama musuh baru mencari wajah Tuhan, Tuhan tidak menolong? Kalau orang-orang Kristen kemudian hidupnya sembrono, lalu kemudian tiba-tiba dia mendapat terminal illness, lalu baru mencari wajah Tuhan, apakah Tuhan tidak menolong? Jawabannya adalah Tuhan pasti menolong. Tuhan pasti menolong, kalau hati kita sungguh-sungguh berharap dan mencari Dia, tetapi masalahnya adalah setan pada titik itu akan menuduh kita habis-habisan. Setan akan datang dan mengatakan, “Hey, engkau tidak jujur sebenarnya, engkau cari wajah Tuhan karena memang engkau lagi sakit sekarang, engkau hypocrite, engkau tahu atau tidak bahwa ini seluruh janji bukan buat engkau, engkau lihat janji-janji untuk orang takut kepada Tuhan, engkau hyprocrite.” Dan banyak orang Kristen akan dikalahkan dengan hal seperti ini. Mari kita mencari wajah Allah, sebelum aniaya itu datang, mari kita bertobat sebelum hal yang buruk itu mungkin terjadi di dalam hidup kita. Tuhan pasti menolong, tetapi pertolongan Tuhan itu kita bisa minta dengan confident kalau hati nurani kita tidak menuduh kita. Hati nurani kita menuduh kita atau tidak, Tuhan tetap menolong, tetapi iman kita akan goncang ketika kita datang kepada Tuhan, ketika kita datang kepada Dia hanya kalau ada perlunya saja. Tetapi Daud tidak, Daud mencari Tuhan selalu, Alkitab mengatakan bahwa Dia memandang wajah Tuhan selalu, bahkan di dalam ayat yang kedua, dikatakan aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu, puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Perhatikan kalimatnya, Daud mengatakan continually, terus menerus, “setiap kali” memuji Tuhan. Oh ketika engkau sedang beruntung, iya aku akan memuji Tuhan ketika aku beruntung. Ketika engkau rugi, iya aku akan memuji, aku memuji Tuhan ketika aku rugi. Ketika engkau sembuh dan engkau sakit, ya aku memuji Tuhan ketika aku sakit dan ketika aku sembuh. Di dalam terang aku akan memuji Dia, di dalam gelap aku akan memuji Dia, di dalam jalan yang rata tidak ada gunung dan lembah aku akan memuji Dia meskipun berada di dalam keletihan. Tidak ada sesuatu goncangan apapun dalam hidupku, aku akan memuji Dia.Saudara-saudara, ini adalah yang diajarkan Daud terus menerus di dalam ayat pertama sampai ayat yang ke-11, mencari wajah-Nya. Membawa mata kita selalu dalam keadaan apapun saja melihat Dia dalam segala keadaan di dalam keseharian. Dan ketika hal yang buruk itu terjadi, maka Daud bisa merasakan mengalami pertolongan Tuhan yang hidup. Saudara bisa melihat bahwa anak-anak Tuhan adalah sama hidupnya, konteks hidupnya dengan anak-anak di dunia. Kita tidak memiliki hidup yang berbeda, tetapi yang membedakan kita adalah satu hal. Di dalam kesulitan-kesulitan dan kegelapan itu ada pertolongan Tuhan yang nyata. Dan ketika kita bisa mengalaminya, dan kita sungguh-sungguh mengertinya, maka kita bisa mengatakan, “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!” Di dalam Yesus Kristus kita boleh menikmati kebaikan Tuhan, “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!”

Dan terakhir saya akan berbicara berkenaan dengan apa yang pernah saya baca secara singkat. Saya sangat terkejut dengan ayat ini. Yang dikutip oleh seorang hamba Tuhan yang menyatakan ayat ini di tengah-tengah Perjamuan Kudus. Dan di tengah-tengah Perjamuan Kudus, dia membagikan roti dan cawan, tubuh dan darah Yesus Kristus itu, dan mengucapkan “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!” Hal yang terpuncak di dalam hidup kita, sebenarnya bukan masalah sakit penyakit di dunia. Hal yang tergelap di dalam hidup kita, yang paling membuat kita takut, adalah bukan bicara mengenai kesulitan-kesulitan dunia ini, tetapi adalah neraka, adalah murka Allah yang selama-lamanya. Dan begitu seseorang masuk di sana, dia tidak mungkin bisa memundurkan waktunya. Ketakutan itu lebih besar daripada apapun saja, daripada musuh kita dan saudara di tengah-tengah dunia ini. Tetapi Allah di dalam belas kasihan-Nya, mengirimkan Yesus Kristus untuk mati bagi kita di atas kayu salib mengeluarkan darah-Nya, ada sesuatu kelepasan, pembebasan yang dialami Daud secara universal, bukan secara lokal tetapi secara universal, bukan secara temporal, tetapi secara eternity. Dan itu adalah ketakutan yang terbesar dari seluruh umat manusia, saudara dan saya. Oh jikalau Tuhan bisa membukakan sedikit saja neraka itu bagi kita, kita tahu bahwa hidup kita sungguh-sungguh terancam. Dan orang-orang yang mengalami murka Allah tetapi berpaling kepada salib Yesus Kristus, dialah yang bisa mengatakan “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!” Lihatlah salib. Oh saya memandang orang-orang dengan pandangan mata, yang saya lihat mungkin ada orang yang tidak mengerti apa sebenarnya arti salib. Saudara pikir itu cuma symbol agama Kristen. Saudara pikir bahwa saudara pergi ke gereja, sudah cukup. Saudara-saudara, saudara tidak pernah bisa mengatakan ayat sembilan ini di dalam hati nuranimu bukan? Jikalau itu terjadi, minta kepada Tuhan, Tuhan nyatakan apa arti salib itu bagi hidupku. Nyatakan Engkau itu hidup. Kasihanilah aku Tuhan, seperti engkau mengasihani Daud hamba-Mu. Sehingga aku boleh mengatakan, “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Engkau itu!” Kiranya Tuhan memberikan kita pengalaman-pengalaman ini. Mari kita berdoa.

1 komentar untuk "MAZMUR 34:9"