YOHANES 19:31-37 (ARTI DARAH DAN AIR)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Yohanes 19:31-37 - “(31) Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib - sebab Sabat itu adalah hari yang besar - maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. (32) Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; (33) tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kakiNya, (34) tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambungNya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. (35) Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. (36) Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: ‘Tidak ada tulangNya yang akan dipatahkan.’ (37) Dan ada pula nas yang mengatakan: ‘Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.’”.
I) Orang-orang Yahudi meminta dilakukan pematahan kaki (Yohanes 19: 31).
1) Orang-orang (tokoh-tokoh) Yahudi meminta dilakukannya pematahan kaki dan penurunan mayat dari kayu salib (ay 31). Mengapa?
a) Karena mereka harus mempersiapkan diri untuk masuk hari Sabat (Yohanes 19: 31).
Persiapan Sabat dimulai Jum’at pukul 3 siang.
b) ‘Sabat itu adalah hari yang besar’ (ay 31).
Maksudnya hari itu adalah hari Sabat yang istimewa, karena menjelang / bertepatan dengan Paskah / Passover.
c) Mereka tidak mau bahwa pada hari Sabat yang istimewa itu, tanah mereka dinajiskan oleh adanya mayat / orang yang tergantung pada salib.
Bdk. Ul 21:22-23 - “(22) ‘Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kaugantung dia pada sebuah tiang, (23) maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.’”.
d) Kalau orang hukuman itu diturunkan dari salib dalam keadaan masih hidup, maka itu berarti bahwa ia tidak jadi dihukum mati. Karena itulah mereka meminta dilakukan pematahan kaki lebih dulu, supaya orang hukuman itu cepat mati. Setelah orangnya mati, barulah mayatnya diturunkan.
Dari semua ini terlihat bahwa orang-orang Yahudi ini berusaha mentaati peraturan kecil (yaitu Ul 21:22-23), tetapi melanggar peraturan besar, yaitu membunuh Yesus yang tak bersalah. Bandingkan dengan kecaman Yesus terhadap mereka dalam Matius 23:23-24 - “(23) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. (24) Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.”.
2) Cara melakukan pematahan kaki.
Para penafsir mengatakan bahwa pematahan kaki orang yang disalib ini dilakukan pada bagian di antara lutut dan pergelangan kaki, dan ini dilakukan dengan menggunakan besi atau martil yang berat. Ini tentu merupakan suatu tindakan yang sangat kejam, karena menimbulkan rasa sakit yang luar biasa, tetapi pematahan kaki ini ‘mengandung kebaikan’ karena hal ini mempercepat kematian.
3) Para tentara Romawi lalu mematahkan kaki dari 2 penjahat yang disalib bersama Yesus (ay 32).
II) Semua ini menggenapi banyak nubuat.
1) Nubuat Yesus kepada penjahat yang bertobat.
Lukas 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.
Kalau tak ada pematahan kaki, penjahat itu bisa hidup melewati pk 6 sore, maka itu sudah bukan lagi ‘hari ini’!
2) Nubuat tentang tidak adanya tulang Yesus yang dipatahkan.
a) Yesus sudah mati, sehingga kakiNya tidak dipatahkan (Yohanes 19: 33).
1. Allah mengatur supaya Yesus mati lebih dulu, supaya tulangNya tidak dipatahkan.
Bisa juga dikatakan bahwa Yesus sendiri mengatur supaya Ia mati lebih dulu, sehingga tulangNya tidak dipatahkan. Bahwa Yesusnya sendiri mengatur kematianNya bisa terlihat dari Mat 27:50 dan Lukas 23:46 dimana Ia mati karena Ia menyerahkan nyawa / rohNya ke tangan Bapa.
Bdk. Yoh 10:17b-18a - “(17b) Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. (18a) Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali.”.
Calvin: “That they break the legs of the two robbers, and after having done so, find that Christ is already dead, and therefore do not touch his body, appears to be a very extraordinary work of the providence of God. Ungodly men will, no doubt, say that it happens naturally that one man dies sooner than another; but, if we examine carefully the whole course of the narrative, we shall be constrained to ascribe it to the secret purpose of God, that the death of Christ was brought on much more rapidly than men could have at all expected, and that this prevented his legs from being broken.” [= Bahwa mereka mematahkan kaki-kaki dari kedua perampok, dan setelah melakukan hal itu, mendapatkan bahwa Kristus sudah mati, dan karena itu tidak menyentuh tubuhNya, kelihatannya merupakan pekerjaan yang sangat luar biasa dari providensia / pengaturan Allah. Orang-orang yang jahat / tidak percaya tidak diragukan lagi akan mengatakan bahwa merupakan sesuatu yang alamiah bahwa satu orang mati lebih cepat dari yang lain; tetapi, jika kita memeriksa dengan seksama seluruh jalan cerita, kita akan terpaksa untuk menganggapnya berasal dari rencana rahasia dari Allah, bahwa kematian Kristus terjadi jauh lebih cepat dari yang bisa diharapkan oleh manusia, dan bahwa hal ini mencegah pematahan kaki-kakiNya.] - hal 239.
Bdk. Markus 15:44 - “Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati.”.
Pilatus merasa heran karena Yesus mati dengan begitu cepat, dan ini menunjukkan bahwa biasanya penyaliban membutuhkan waktu lebih lama untuk membunuh korbannya.
2. Mengapa Allah / Yesus mengatur sehingga kaki Yesus tidak dipatahkan?
Jawabnya ada dalam Yohanes 19: 36: “Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: ‘Tidak ada tulangNya yang akan dipatahkan.’”.
Jadi, kaki / tulang Yesus dijaga supaya tidak dipatahkan, supaya nubuat Kitab Suci / Perjanjian Lama tergenapi. Nubuat yang mana?
Kel 12:46 - “Paskah itu harus dimakan dalam satu rumah juga; tidak boleh kaubawa sedikitpun dari daging itu keluar rumah; satu tulangpun tidak boleh kamu patahkan.”. Bdk. Bil 9:12.
Ayat ini memberi peraturan tentang domba Paskah (Passover Lamb), dimana tulangnya tidak boleh dipatahkan, dan domba Paskah ini adalah Type / gambaran dari Kristus (1Korintus 5:7). Ingat bahwa TYPE memang merupakan nubuat!
1Korintus 5:7 - “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.”.
3) Nubuat tentang penusukan tombak terhadap Yesus (ay 34,37).
a) Tentara Romawi itu sebetulnya mau mematahkan kaki Yesus, tetapi melihat bahwa Yesus sudah mati, mereka tidak mematahkan kaki Yesus. Tetapi seorang tentara, mungkin karena ingin memastikan kematian Yesus, atau mungkin karena sekedar ingin melakukan sesuatu yang brutal terhadap mayat Yesus, lalu menusuk Yesus dengan tombak (Yohanes 19: 34).
b) Tanpa disadari oleh tentara Romawi yang menombak Yesus itu, tindakannya ini menggenapi nubuat Kitab Suci / Perjanjian Lama tentang Yesus. Ini terlihat dari ay 37 yang mengutip dari Zakh 12:10.
Yohanes 19: 37: “Dan ada pula nas yang mengatakan: ‘Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.’”.
Zakh 12:10 - “‘Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung.”.
1. Penggenapan nubuat.
J. C. Ryle: “Little indeed did that reckless Roman soldier dream that he was a mighty helper of our holy religion, when he thrust his spear into our Lord’s side.” [= Tak sedikitpun tentara Romawi yang ceroboh bermimpi bahwa ia adalah seorang penolong yang kuat / sangat besar dari agama suci kita, pada waktu ia menusukkan tombaknya ke sisi Tuhan kita.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John, vol III’ (Libronix).
Charles Haddon Spurgeon: “Two things are predicted: not a bone of him must be broken, and he must be pierced. ... He must not only be pierced with the nails, and so fulfill the prophecy, ‘They pierced my hands and my feet’; but he must be conspicuously pierced, so that he can be emphatically regarded as the pierced one. How were these prophecies, and a multitude more, to be accomplished? Only God himself could have brought to pass the fulfillment of prophecies which were of all kinds, and appeared to be confused, and even in contradiction to each other. It would be an impossible task for the human intellect to construct so many prophecies, and types, and foreshadowings, and then to imagine a person in whom they should all be embodied. But what would be impossible to men has been literally carried out in the case of our Lord. ... That which lies immediately before us was a complicated case; for if reverence to the Saviour would spare his bones, would it not also spare his flesh? If a coarse brutality pierced his side, why did it not break his legs? How can men be kept from one act of violence, and that an act authorized by authority, and yet how shall they perpetrate another violence which had not been suggested to them? But, let the case be as complicated as it was possible for it to have been, infinite wisdom knew how to work it out in all points; and it did so.” [= Dua hal diramalkan: tidak satu tulangNya yang boleh dipatahkan, dan Ia harus ditusuk / ditikam. ... Ia bukan hanya harus ditusuk dengan paku-paku, dan dengan demikian menggenapi nubuat: ‘mereka menusuk tangan dan kakiku’ (Maz 22:17b); tetapi Ia harus ditusuk / ditikam secara menyolok, sehingga Ia bisa dianggap dengan tegas sebagai ‘Yang ditusuk / ditikam’. Bagaimana nubuat-nubuat ini, dan banyak lagi yang lain, bisa dicapai / digenapi? Hanya Allah sendiri yang bisa melaksanakan penggenapan dari nubuat-nubuat yang beraneka ragam, yang kelihatannnya kacau / membingungkan, dan bahkan bertentangan satu dengan yang lainnya. Merupakan tugas yang mustahil bagi pikiran manusia untuk menyusun begitu banyak nubuat, type, dan bayangan, dan lalu membayangkan seorang pribadi dalam siapa semua itu harus diwujudkan. Tetapi apa yang mustahil bagi manusia telah dilaksanakan secara hurufiah dalam kasus Tuhan kita. ... Apa yang terletak persis di hadapan kita adalah kasus yang rumit; karena jika hormat kepada sang Juruselamat menyebabkan tentara itu tidak mematahkan tulangNya, bukankah rasa hormat itu juga akan menyebabkan ia juga membiarkan dagingNya? Jika kebrutalan yang kasar menusuk / menikam sisiNya, mengapa kebrutalan itu tidak mematahkan kaki-kakiNya? Bagaimana manusia bisa ditahan dari satu tindakan kekerasan / kekejaman, dan itu merupakan tindakan yang telah disahkan oleh orang yang berwenang, dan bagaimana ia melakukan kekerasan / kekejaman yang lain yang tidak pernah diusulkan / disebutkan kepadanya? Tetapi biarlah kasus ini serumit apapun, hikmat yang tak terbatas tahu bagaimana mengerjakannya secara keseluruhan; dan demikianlah dilakukannya.] - ‘A Treasury of Spurgeon on The Life and Work of Our Lord’, vol VI - ‘The Passion and Death of Our Lord’, hal 667,668.
2. Ada Providence of God / pengaturan oleh Allah yang mengatur penggenapan nubuat-nubuat ini.
J. C. Ryle (tentang ay 37): “Rollock observes, "If God have ordained and said anything, it lies not in the hands of any man to disannul it. If God shall say, ‘There shall not be one bone of my anointed broken,’ great Cæsar and all the kings of the earth, the King of Spain, and the Pope, and all their adherents, shall not be able to do the contrary. So, in the midst of all fear and danger, let us depend on the providence of God."” [= Rollock berkata, "Jika Allah telah menentukan dan telah berkata apapun, itu tidak terletak dalam tangan-tangan dari manusia manapun untuk membatalkannya. Jika Allah berkata ‘Tidak akan ada satu tulangpun dari Orang yang Kuurapi dipatahkan’, Kaisar yang Agung dan semua raja-raja dari bumi, Raja Spanyol, dan Paus, dan semua pengikut-pengikutnya, tidak akan bisa melakukan yang sebaliknya. Jadi, di tengah-tengah dari semua rasa takut dan bahaya, marilah kita bergantung pada Providensia Allah."] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol III’ (Libronix).
Charles Haddon Spurgeon: “It did not seem at all likely that when the order was given to break the legs of the crucified, Roman soldiers would abstain from the deed. ... Roman soldiers are apt to fulfil their commission very literally, ... The order is given to break their legs; two out of the three have suffered, and yet no soldier may crush a bone of that sacred body. They see that he is dead already, and they break not his legs. As yet you have only seen one of the prophecies fulfilled. He must be pierced as well. And what was that which came into that Roman soldier’s mind when, in a hasty moment, he resolved to make sure that the apparent death of Jesus was a real one? Why did he open that sacred side with his lance? He knew nothing of the prophecy. ... Why, then, does he fulfil the prediction of the prophet? There was no accident or chance here. Where are there such things? The hand of the Lord is here, and we desire to praise and bless that omniscient and omnipotent Providence which thus fulfilled the word of revelation. God hath respect unto his own word, and while he takes care that no bone of his Son shall be broken, he also secures that no text of Holy Scripture shall be broken.” [= Kelihatannya sama sekali tidak mungkin bahwa pada saat perintah diberikan untuk mematahkan kaki-kaki dari orang-orang yang disalib, tentara-tentara Romawi itu tidak melakukan tindakan tersebut. ... Tentara-tentara Romawi cenderung untuk menggenapi perintah mereka secara hurufiah, ... Perintah diberikan untuk mematahkan kaki-kaki mereka; 2 dari 3 orang yang disalib telah mengalami hal itu, tetapi tidak ada tentara yang boleh meremukkan satu tulangpun dari tubuh yang kudus / keramat itu. Mereka melihat bahwa Ia sudah mati, dan mereka tidak mematahkan kaki-kakiNya. Tetapi engkau baru melihat satu dari nubuat-nubuat itu yang digenapi. Ia juga harus ditusuk / ditikam. Dan apa yang masuk ke dalam pikiran dari tentara Romawi itu pada waktu dalam saat yang begitu singkat ia memutuskan untuk memastikan bahwa Yesus yang kelihatannya sudah mati itu betul-betul sudah mati? Mengapa ia membuka sisi yang kudus / keramat itu dengan tombaknya? Ia tidak tahu apa-apa tentang nubuat itu. ... Lalu mengapa ia menggenapi ramalan dari sang nabi? Tidak ada kebetulan di sini. Dimana ada hal seperti itu? Tangan Tuhan ada di sini, dan kami ingin memuji dan memuliakan Providence yang mahatahu dan mahakuasa yang dengan demikian menggenapi kata-kata wahyu. Allah menghormati FirmanNya sendiri, dan sementara Ia memperhatikan supaya tidak ada tulang AnakNya yang dipatahkan, Ia juga memastikan supaya tidak ada text Kitab Suci yang kudus yang dipatahkan / dilanggar.] - ‘A Treasury of Spurgeon on The Life and Work of Our Lord’, vol VI - ‘The Passion and Death of Our Lord’, hal 668,669.
3. Para tentara itu melakukan semua itu sebagai orang / agen bebas, tetapi pada saat yang sama mereka melakukan apa yang sudah ditetapkan oleh Allah.
Spurgeon menekankan bahwa para tentara bertindak dengan kehendak bebas (free will) mereka, baik pada waktu mereka tidak mematahkan kaki Yesus, maupun pada waktu seorang dari mereka menikam Yesus dengan tombak, tetapi pada saat yang sama mereka menggenapi ketetapan kekal dari Allah.
4. Mengapa dalam ay 37, dan dalam Zakh 12:10 itu, orang-orang Yahudi dianggap sebagai orang-orang yang menikam Yesus? Bukankah yang menikam Yesus adalah tentara Romawi?
Jawab: orang-orang Yahudi adalah penyebab / dalang dari penderitaan dan kematian Kristus, dan karena itu mereka dianggap sebagai pelaku dari semua itu.
George Hutcheson: “malicious upstirrers unto cruelty are more guilty than the ignorant executors thereof; therefore doth the scripture ascribe this act to the Jews; they pierced him, by the hand of the soldiers;” [= penghasut-penghasut jahat kepada kekejaman lebih bersalah dari pada pelaksana yang tidak tahu apa-apa; karena itu Kitab Suci menganggap tindakan ini sebagai tindakan dari orang-orang Yahudi; mereka menikam Dia oleh tangan para tentara;] - hal 408.
Bdk. Kis 2:36 - “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.’”.
5. Arti ay 37: “Dan ada pula nas yang mengatakan: ‘Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.’”.
Ini bisa diterapkan dalam 2 arti yang berbeda:
a. Ini merupakan ancaman bahwa Yesus akan datang sebagai pembalas.
Bandingkan ini dengan Wah 1:7 yang berbunyi: “Lihatlah, Ia akan datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin.”.
Perlu diketahui bahwa kata-kata ‘meratapi Dia’ dalam Wahyu 1:7 ini bukan menunjukkan pertobatan, tetapi ketakutan / keputusasaan (bdk. Wahyu 6:12-17).
b. Ini merupakan janji bahwa orang-orang Yahudi akan bertobat / percaya kepada Yesus (bdk. Zakh 12:10 yang menunjukkan pertobatan).
Zakh 12:10 - “‘Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung.”.
Pertobatan orang-orang Yahudi terjadi pada hari Pentakosta (Kis 2:37-41). Bagi mereka yang bertobat, tentu saja tidak akan mengalami Wah 1:7.
III) Penusukan tombak terhadap Yesus.
1) Di bagian mana Yesus ditusuk dengan tombak?
Kitab Suci Indonesia menterjemahkan ‘lambung’ (Yohanes 19: 34). Ini salah terjemahan.
Yunani: PLEURA.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘side’ [= sisi].
Ini juga berlaku untuk Yoh 20:20,25,27.
2) Yesus ditusuk tombak di sisi yang mana? Yang kiri atau yang kanan?
a) Ada tradisi yang mengatakan sisi kanan, dan beberapa penafsir mengatakan bahwa kita tidak bisa tahu apakah itu sisi kiri atau kanan.
F. F. Bruce: “John does not say which side was pierced (an early tradition specifies the right side);” [= Yohanes tidak mengatakan sisi yang mana yang ditikam (suatu tradisi kuno menyatakan sisi kanan);] - hal 375.
Adam Clarke: “Whether it was the right or the left side of Christ that was pierced has been a matter of serious discussions among the divines and physicians; and on this subject they are not yet agreed. That it is of no importance we are sure, because the Holy Ghost has not revealed it. Luke Cranache, a famous painter, whose piece of the crucifixion is at Augsburg, has put no wound on either side: when he was asked the reason of this - I will do it, said he, when I am informed which side was pierced.” [= Apakah itu adalah sisi kanan atau kiri dari Kristus yang ditikam merupakan persoalan yang dibicarakan secara serius di antara ahli-ahli theologia dan dokter-dokter; dan tentang hal ini mereka belum sepakat. Kami yakin bahwa ini bukan merupakan sesuatu yang penting, karena Roh Kudus tidak menyatakannya. Luke Cranache, seorang pelukis yang terkenal, yang lukisan tentang penyaliban itu ada di Augsburg, tidak memberi luka pada sisi manapun: pada waktu ia ditanya alasannya - Aku akan memberinya, katanya, pada waktu aku diberi informasi sisi yang mana yang ditikam.] - hal 653.
b) Tetapi saya sangat condong untuk menyetujui pandangan dari mayoritas penafsir yang mengatakan bahwa yang ditikam adalah sisi kiri. Alasannya:
1. Seorang tentara dilatih untuk membunuh, sehingga ia tentu akan menusuk jantung, yang ada di dada kiri.
2. Kalau tentara itu tidak kidal, maka ia akan memegang tombak dengan tangan kanan di bagian belakang tombak dan tangan kiri di bagian depan tombak. Dalam posisi seperti ini, kalau ia mau menusuk sisi kanan Yesus, ia harus berada hampir di belakang Yesus. Ini rasanya tidak memungkinkan. Lebih mungkin ia menusuk pada posisi berhadapan dengan Yesus, sehingga pasti akan menusuk sisi kiri Yesus.
William Hendriksen: “If the spear was held in the right hand, as is probable, it was in all likelihood the left side of Jesus that was pierced.” [= Jika tombak itu dipegang dalam tangan kanan, dan ini mungkin sekali, maka besar kemungkinannya bahwa sisi kiri Yesus yang ditusuk.] - hal 437.
3. Ada juga yang mengatakan bahwa kalau yang ditusuk bukan sisi kiri maka tidak mungkin bisa keluar darah dan air.
3) Arah penusukan tombak.
Kita perlu mengingat bahwa orang yang disalib posisinya lebih tinggi sekitar 3 kaki (90 cm) dari orang lain.
Karena orang yang disalib itu letaknya agak tinggi, jelas bahwa arah penusukan tombak itu ke atas (ke jantung).
Charles Haddon Spurgeon: “... probably thrusting his lance quite through the heart.” [= ... mungkin menusukkan tombaknya betul-betul menembus jantung.] - ‘A Treasury of Spurgeon on The Life and Work of Our Lord’, vol VI - ‘The Passion and Death of Our Lord’, hal 667.
4) Dalamnya penusukan tombak / besarnya luka penusukan tombak.
Luka pada sisi Yesus karena penusukan tombak ini cukup besar. Itu terlihat dari:
a) Yoh 20:25 - ‘... sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya ...’.
b) Yoh 20:27 - ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkanlah ke dalam lambungKu ...’.
Untuk bekas paku di tangan Yesus, Thomas ingin mencucukkan jarinya, tetapi untuk bekas tombak pada sisi Yesus, Thomas ingin mencucukkan tangannya.
Ini menunjukkan bahwa bekas penusukan tombak itu sangat besar dan jauh lebih besar dari bekas paku di tangan Yesus. Supaya bisa menghasilkan lubang sebesar itu tombak harus ditusukkan cukup dalam, sedikitnya sedalam 4-5 inci.
5) Perlu ditekankan bahwa bukan penusukan tombak itu yang menyebabkan Yesus mati, karena pada waktu ditusuk tombak, Yesus sudah mati (ay 33 bdk. ay 28-30), hanya saja kita tidak tahu sudah berapa lama Ia mati.
Hendriksen mengutip Dr. Bergsma: “To presuppose, as some do, that the spear pierced the still living heart, and thus to account for the blood and water is contrary ... to science, for pure blood would have issued forth. It was in the crucifixion itself that his death was to be accomplished, not in a spear-thrust by a soldier.” [= Menganggap, seperti yang dilakukan beberapa orang, bahwa tombak itu menusuk jantung yang masih hidup, sehingga menyebabkan keluarnya darah dan air, bertentangan ... dengan ilmu pengetahuan, karena kalau demikian maka darah murni yang akan keluar. Dalam penyaliban itulah kematianNya terjadi, bukan dalam penusukan tombak oleh seorang tentara.] - hal 438.
6) Pada waktu Yesus ditusuk tombak, maka keluar darah dan air (ay 34b).
Keluarnya darah dan air dari sisi Yesus ini membingungkan semua penafsir, karena banyak orang berkata bahwa kalau orang hidup ditusuk maka hanya akan keluar darah (tanpa air), dan kalau orang mati ditusuk maka tidak akan keluar apa-apa. Lalu mengapa pada waktu Yesus ditusuk, bisa keluar darah dan air?
Ada yang sekedar mengatakan bahwa Yohanes tidak mempedulikan penyebab kematian Kristus, atau bagaimana Kristus mati, tetapi hanya peduli dengan fakta bahwa Kristus memang sudah mati.
F. F. Bruce: “... but it was with the fact of death, not with the cause of death, that John was concerned.” [= ... tetapi yang diperhatikan oleh Yohanes adalah fakta kematiannya, bukan penyebab kematiannya.] - hal 375-376.
Tetapi kebanyakan penafsir berusaha menjelaskan bagaimana darah dan air itu bisa keluar dari sisi Yesus. Dan ada bermacam-macam teori yang mencoba untuk menjelaskan hal ini:
a) Ini adalah mujizat / tanda.
Origen mengatakan bahwa darah membeku pada orang mati, dan air juga tak akan keluar dari orang mati. Karena itu ini jelas adalah suatu mujizat.
b) Darah keluar dari jantung dan air keluar dari pericardium / kantung pembungkus jantung.
Barnes’ Notes: “The heart is surrounded by a membrane called the pericardium. This membrane contains a serous matter or liquor resembling water, which prevents the surface of the heart from becoming dry by its continual motion (Webster).” [= Jantung dibungkus oleh membran yang disebut pericardium. Membran ini terdiri dari zat yang tipis dan berair atau cairan yang mirip air, yang menjaga supaya permukaan jantung tidak menjadi kering karena pergerakannya yang terus-menerus (Webster).] - hal 355.
Catatan: Pericardium = PERI [= around / sekeliling] + KARDIA [= heart / jantung]. Jadi Pericardium = ‘the thin, membrane sac enclosing the heart’ [= kantung membran tipis yang membungkus jantung].
Adam Clarke: “It may be naturally supposed that the spear went through the pericardium and pierced the heart; that the water proceeded from the former, and the blood from the latter.” [= Adalah wajar untuk menganggap bahwa tombak itu menembus pericardium dan menusuk jantung; bahwa air keluar dari yang terdahulu, dan darah dari yang terakhir.] - hal 654.
c) Ini disebabkan pencambukan yang dialami Yesus.
‘The International Standard Bible Encyclopedia’ dalam article berjudul ‘Blood and water’: “A. F. Sava ... suggests that the blood and water were accumulated in the pleural cavity between the rib cage and the lung. He shows that severe nonpenetrating chest injuries are capable of producing such an accumulation, and suggests that a scourging such as Jesus received several hours before His death was sufficient to account for the accumulation that flowed forth when the chest wall was pierced. Also, there was enough time between the scourging and the piercing to allow the red blood cells to separate from the lighter clear serum.” [= A. F. Sava ... mengusulkan bahwa darah dan air terkumpul dalam rongga di antara kerangka rusuk dan paru-paru. Ia menunjukkan bahwa luka-luka hebat yang tidak menembus dada bisa menimbulkan pengumpulan seperti itu, dan mengatakan bahwa pencambukan seperti yang diterima oleh Yesus beberapa jam sebelum kematianNya cukup untuk menimbulkan pengumpulan itu, yang lalu keluar pada waktu dinding dada ditikam. Juga, ada cukup waktu antara pencambukan dan penikaman untuk mengijinkan sel-sel darah merah berpisah dengan cairan jernih yang lebih encer.].
d) Tubuh / daging Yesus unik, karena tidak mengalami pembusukan.
Charles Haddon Spurgeon: “It was supposed by some that by death the blood was divided, the clots parting from the water in which they float, and that in a perfectly natural way. But it is not true that blood would flow from a dead body if it were pierced. ... The flowing of this blood from the side of our Lord cannot be considered as a common occurrence: ... Granted, that blood would not flow from an ordinary dead body; yet remember, that our Lord’s body was unique, since it saw no corruption. ... therefore there is no arguing from facts about common bodies so as to conclude therefrom anything concerning our blessed Lord’s body. ... It is scarcely reverent to be discoursing of anatomy when the body of our adorable Lord is before us. Let us close our eyes in worship rather than open them in irreverent curiosity.” [= Beberapa orang menganggap bahwa oleh kematian darah dipisahkan, bekuan-bekuan darah berpisah dari air dimana mereka mengapung, dan itu terjadi betul-betul secara alamiah. Tetapi adalah tidak benar bahwa darah akan keluar dari mayat yang ditikam. ... Mengalirnya darah dari sisi Tuhan kita tidak bisa dianggap sebagai kejadian yang umum: ... Memang darah tidak akan mengalir dari mayat biasa; tetapi ingat bahwa tubuh Tuhan kita itu unik, karena tubuh itu tidak mengalami pembusukan. ... karena itu tidak ada perdebatan dari fakta-fakta tentang mayat-mayat biasa yang bisa dipakai untuk menyimpulkan dari sana apapun tentang tubuh Tuhan kita yang mulia / diberkati. ... Hampir merupakan sesuatu yang tidak hormat untuk bercakap-cakap mengenai anatomi pada waktu tubuh dari Tuhan yang patut dipuja ada di hadapan kita. Hendaklah kita menutup mata kita dalam penyembahan dari pada membukanya dalam keingin-tahuan yang tidak hormat.] - ‘A Treasury of Spurgeon on The Life and Work of Our Lord’, vol VI - ‘The Passion and Death of Our Lord’, hal 667.
Catatan:
1. Spurgeon mengatakan bahwa tubuh Kristus tidak mengalami pembusukan berdasarkan Kis 2:31, yang mengutip dari Mazmur 16:10. Tetapi untuk bagian-bagian ini Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.
Kis 2:31 - “Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa dagingNya tidak mengalami kebinasaan.”
KJV: ‘neither his flesh did see corruption.’ [= dagingNya tidak mengalami pembusukan.].
RSV: ‘nor did his flesh see corruption’ [= dagingNya tidak mengalami pembusukan].
NIV: ‘nor did his body suffer decay.’ [= tubuhNya tidak mengalami pembusukan].
NASB: ‘nor did His flesh suffer decay.’ [= dagingNya tidak mengalami pembusukan.].
2. Mengatakan bahwa tubuh Kristus itu unik, dalam arti berbeda dengan tubuh kita, saya anggap bertentangan dengan ajaran Alkitab.
Bdk. Ibrani 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.
Perbedaan manusia Yesus dengan kita hanyalah dalam hal dosa!
e) Darah dari jantung, air dari lambung.
Tasker (Tyndale) mengutip kata-kata / pendapat seorang dokter yang bernama John Lyle Cameron: “After pointing out that the unexpectedly early death of Jesus is a clear indication that a fatal complication had suddenly developed, he asserts that the insatiable thirst and the post-mortem treatment of the body described in John 19:34 substantiate the conclusion that this complication could only have been acute dilatation of the stomach. He then adds: ‘The soldier was a Roman: he would be well trained, proficient, and would know his duty. He would know which part of the body to pierce in order that he might obtain a speedily fatal result or ensure that the victim was undeniably dead. He would thrust through the left side of the chest a little below the centre. Here he would penetrate the heart and the great blood vessels at their origin, and also the lung on the side. The soldier, standing below our crucified Lord as He hung on the cross, would thrust upwards under the left ribs. The broad, clean cutting, two-edged spearhead would enter the left side of the upper abdomen, would open the greatly distended stomach, would pierce the diaphragm, would cut, wide open, the heart and great blood vessels, arteries and veins now fully distended with blood, a considerable proportion of all the blood in the body, and would lacerate the lung. The wound would be large enough to permit the open hand to be thrust into it. Blood from the greatly engorged veins, pulmonary vessel and dilated right side of the heart, together with water from the acutely dilated stomach, would flow forth in abundance.’” [= Setelah menunjukkan bahwa kematian cepat yang tidak terduga dari Yesus merupakan petunjuk yang jelas bahwa komplikasi yang fatal telah terjadi, ia menegaskan bahwa kehausan yang tidak terpuaskan dan tindakan yang dilakukan kepada tubuh setelah mati dalam Yoh 19:34 menyokong / membenarkan kesimpulan bahwa komplikasi ini adalah lambung / usus yang membesar secara akut. Ia lalu menambahkan: ‘Tentara itu adalah tentara Romawi: ia terlatih dengan baik, cakap, dan tahu kewajibannya. Ia tahu bagian mana dari tubuh yang harus ditusuk supaya mendapatkan hasil fatal yang cepat atau memastikan bahwa korban itu betul-betul mati. Ia menikam melalui bagian kiri dari dada sedikit di bawah pusat. Di sini ia akan menembus jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar pada asal mulanya / pangkalnya, dan juga paru-paru. Tentara itu, berdiri di bawah Tuhan kita yang tergantung pada kayu salib, menusuk ke atas di bawah rusuk kiri. Mata tombak yang lebar, tajam, bermata dua menusuk perut atas, membuka lambung / usus yang menggelembung besar, menusuk diafragma, memotong, membuka lebar, jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar, arteri dan pembuluh darah yang sekarang / saat itu menggelembung dengan darah, bagian yang cukup banyak dari semua darah dalam tubuh, dan mencabik paru-paru. Luka itu cukup besar untuk memungkinkan tangan terbuka dimasukkan ke dalamnya. Darah dari pembuluh darah yang sangat padat dengan darah, pembuluh paru-paru dan bagian kanan dari jantung yang membesar, bersama-sama dengan air dari lambung / usus yang membesar secara akut, mengalir keluar dalam jumlah yang banyak’.] - hal 212-213.
f) Teori jantung pecah.
William Barclay: “Normally, of course, the body of a dead man will not bleed. It is suggested that what happened was that Jesus’s experiences, physical and emotional, were so terrible that his heart was ruptured. When that happened the blood of the heart mingled with the fluid of the pericardium which surrounds the heart. The spear of the soldier pierced the pericardium and the mingled fluid and blood came forth. It would be poignant thing to believe that Jesus, in the literal sense of the term, died of a broken heart.” [= Biasanya, tentu saja, tubuh orang mati tidak mengeluarkan darah. Diusulkan bahwa apa yang terjadi adalah bahwa pengalaman Yesus, secara fisik dan emosi, begitu mengerikan sehingga jantungNya pecah. Pada saat hal ini terjadi darah dari jantung bercampur dengan cairan dari kantung pembungkus jantung. Tombak tentara itu menusuk kantung pembungkus jantung dan campuran cairan dan darah itu keluar. Adalah sesuatu hal yang menyentuh hati untuk percaya bahwa Yesus, dalam arti hurufiah dari istilah ini, mati karena jantung yang pecah.] - hal 261.
William Hendriksen: “... the death of Jesus resulted from rupture of the heart in consequence of great mental agony and sorrow. Such a death would be almost instantaneous, and the blood flowing into the pericardium would coagulate into the red clot (blood) and the limpid serum (water). This blood and water would then be released by the spear-thrust.” [= ... kematian Yesus diakibatkan oleh pecahnya jantung sebagai akibat dari penderitaan mental dan kesedihan yang hebat. Kematian seperti itu terjadi hampir seketika, dan darah yang mengalir ke pericardium akan membeku / mengental menjadi gumpalan merah (darah) dan serum / cairan yang transparan (air). Darah dan air ini lalu keluar karena tusukan tombak.] - hal 437.
William Hendriksen: “He (Dr. Bergsma) wisely refrains from drawing a definite conclusion. The matter is too uncertain, and specialists on heart-diseases (and particularly on the rupture of the heart) do not seem to be in complete agreement. Nevertheless, it is clear from the article that Dr. Bergsma leans somewhat toward the ruptured-heart theory as an explanation of the blood and water issuing from the side of Jesus.” [= Ia (Dr. Bergsma) secara bijaksana menahan diri dari penarikan kesimpulan yang pasti. Persoalan ini terlalu tidak pasti, dan para spesialis penyakit jantung (dan khususnya tentang pecahnya jantung) tidak sependapat dalam hal ini. Meskipun demikian, jelas dari artikel itu bahwa Dr. Bergsma condong pada teori jantung pecah ini sebagai penjelasan dari darah dan air yang keluar dari sisi Yesus.] - hal 437.
Keberatan terhadap teori jantung pecah:
‘The International Standard Bible Encyclopedia’ dalam article berjudul ‘Blood and water’ menolak teori jantung pecah ini dengan berkata: “The romantic notion that Jesus died literally of a broken heart - first advanced by Stroud in 1847 - has fallen from favor. Spontaneous rupture of the heart is not unknown, but it does not occur under the pressure of mental or emotional stress. It is the result of preexisting heart disease, for which, in the case of Jesus, we have no indication.” [= Pikiran / gagasan yang romantis bahwa Yesus secara hurufiah mati karena jantung yang pecah - pertama-tama diajukan oleh Stroud pada tahun 1847 - telah kehilangan peminat. Pecahnya jantung dengan sendirinya memang dikenal, tetapi hal itu tidak terjadi di bawah tekanan mental atau emosi. Itu merupakan akibat dari penyakit jantung yang mendahuluinya, untuk mana, dalam kasus Yesus, kita tidak mempunyai petunjuk.].
Jawaban terhadap keberatan ini:
Penderitaan yang Yesus alami pada saat itu memang luar biasa dan unik / tidak ada duanya.
Herman Hoeksema: “No one, therefore, even in hell, can even suffer what Christ suffered during His entire life and especially on the cross. For, in the first place, no one can possibly taste the wrath of God as the Sinless One. And, in the second place, no one could possibly bear the complete burden of the wrath of God against the sin of the world. Even in hell everyone will suffer according to his personal sin and in his personal position in desolation. But Christ bore the sin of all His own as the Sinless One.” [= Karena itu, tak seorangpun, bahkan dalam neraka, bisa menderita apa yang diderita oleh Kristus dalam sepanjang hidupNya dan terutama di kayu salib. Karena, yang pertama, tak seorangpun bisa merasakan murka Allah sebagai orang yang tak berdosa. Dan, yang kedua, tak seorangpun bisa memikul seluruh beban murka Allah terhadap dosa dunia. Bahkan dalam neraka setiap orang akan menderita sesuai dengan dosa pribadinya dan dalam posisi pribadinya dalam kesendirian. Tetapi Kristus memikul dosa dari semua milikNya sebagai Orang yang Tidak Berdosa.] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 401.
Dan karena itu kita tidak perlu heran kalau terjadi hal yang unik / lain dari pada lain, yang tidak cocok dengan ilmu kedokteran.
1. Hendriksen mengutip Dr. Bergsma: “... the presence of any considerable quantity of serum and blood clot, issuing after a spear wound as described above, could only come from the heart or the pericardial sac. We must agree from the outset that no pre-existing disease affected Christ’s body. He was a perfect lamb of God. It is extremely rare, well-nigh impossible, authorities say, for the normal heart muscle to rupture. Christ, however, suffered as no man before or since has suffered. ... If Christ’s heart did not rupture, it is difficult to explain any accumulation of blood and water as described by John. The normal pericardial effusion of an ounce or less would be a mere trickle unobserved by anyone.” [= ... adanya sejumlah cairan dan bekuan darah yang keluar dari luka tusukan tombak seperti digambarkan di atas, hanya bisa keluar dari jantung atau dari kantung tipis pembungkus jantung. Kita harus setuju dari permulaan bahwa sebelum ini tidak ada penyakit pada tubuh Kristus. Ia adalah domba Allah yang sempurna. Orang-orang yang mempunyai otoritas berkata bahwa adalah sesuatu yang sangat jarang, hampir tidak mungkin, bahwa sebuah otot jantung bisa pecah. Tetapi Kristus, menderita seperti yang tidak pernah dialami oleh siapapun sebelum atau sesudah itu. ... Jika jantung Kristus tidak pecah, adalah sukar untuk menjelaskan pengumpulan darah dan air seperti yang digambarkan oleh Yohanes. Keluarnya cairan dari pericardial / kantung pembungkus jantung normal sebanyak 1 ounce {= 28 gram} atau kurang dari itu hanya merupakan cucuran kecil yang tidak akan diperhatikan oleh siapapun.] - hal 438-439.
2. William Hendriksen: “This theory emphasizes the greatness of Christ’s mental and spiritual agony. Ordinarily death by crucifixion might not cause the heart to rupture, but this was no ordinary death. This Sufferer bore the wrath of God against sin. He suffered eternal death, the pangs of hell!” [= Teori ini menekankan kehebatan dari penderitaan mental dan rohani Kristus. Biasanya kematian oleh penyaliban tidak menyebabkan jantung pecah, tetapi ini bukanlah kematian biasa. Penderitanya memikul murka Allah terhadap dosa. Ia mengalami penderitaan kematian kekal, rasa sakit dari neraka!] - hal 440.
3. ‘The International Standard Bible Encyclopedia’ dalam article berjudul ‘Bloody sweat’ [= keringat berdarah]: “As the agony of Our Lord was unexampled in human experience, it is conceivable that it may have been attended with physical conditions of a unique nature.” [= Karena penderitaan Tuhan kita tidak ada contohnya dalam pengalaman manusia, maka dapat dimengerti bahwa hal itu disertai dengan kondisi-kondisi fisik yang unik.].
Kalau di taman Getsemani, pada waktu Yesus bergumul dalam doa, sudah terjadi phenomena yang luar biasa, yang boleh dikatakan tidak masuk akal, yaitu keluarnya keringat seperti titik darah (Luk 22:44), maka kalau pada salib terjadi phenomena yang lebih luar biasa / lebih tidak masuk akal, seperti jantung yang pecah, itu bukanlah sesuatu yang mengherankan.
4. Teori jantung pecah ini bahkan mempunyai dasar Alkitab.
Hendriksen mengutip Dr. Bergsma: “Ps. 69:20 says prophetically, ‘Reproach has broken my heart.’ The next verse continues, ‘They gave me gall for my food; and in my thirst they gave me vinegar to drink’. We take the second prophecy as literally fulfilled, but many consider it fantastic to take verse 20 also literally.” [= Maz 69:21 menubuatkan, ‘Cela itu telah mematahkan hatiKu / memecahkan jantungku’. Ayat selanjutnya melanjutkan, ‘Mereka memberiku empedu sebagai makananku; dan pada waktu aku haus mereka memberi aku minum cuka / anggur asam’. Kita menganggap bahwa nubuat yang kedua digenapi secara hurufiah, tetapi banyak yang menganggapnya sebagai sesuatu yang fantastis untuk menafsirkan ay 21 juga secara hurufiah.] - hal 438.
Catatan:
a. Dalam Kitab Suci Indonesia Maz 69:21a berbunyi: “Cela itu telah mematahkan hatiku”.
Tetapi dalam terjemahan NIV Psalm 69:20 berbunyi: “Scorn has broken my heart” [= Caci maki telah mematahkan hatiku / memecahkan jantungku].
b. Dalam Kitab Suci Indonesia Maz 69:22 berbunyi: “Bahkan mereka memberi aku makan racun dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam.”. Ini jelas salah terjemahan.
Dalam terjemahan NIV Psalm 69:21 berbunyi: “They put gall in my food and gave me vinegar for my thirst.” [= Mereka memberi empedu dalam makananku dan memberiku cuka / anggur asam untuk kehausanku.].
c. Kalau Mazmur 69:22 diartikan secara hurufiah, mengapa Maz 69:21nya tidak? Jadi, sebetulnya memang ada dasar Alkitab tentang teori ‘broken heart’ [= jantung pecah] ini!
5. Argumentasi lain yang membuat saya lebih condong pada pandangan ke 6 ini adalah ay 35.
Yohanes 19: 35: “Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya.”.
Ay 35 ini kelihatannya menunjukkan bahwa peristiwa dalam ay 34 adalah sesuatu yang luar biasa.
Charles Haddon Spurgeon: “He was certain of what he saw, and he took care to report it with a special note.” [= Ia pasti / yakin tentang apa yang ia lihat, dan ia memastikan untuk melaporkannya dengan suatu catatan khusus.] - ‘A Treasury of Spurgeon on The Life and Work of Our Lord, vol VI - The Passion and Death of Our Lord’, hal 667.
Lenski: “So weighty is what John reports that he, too, now does something entirely exceptional. No evangelist, and not even John in the rest of his Gospel, breaks the narrative to address his readers personally and to assure them in regard to his testimony. Yet John now does this.” [= Begitu serius apa yang Yohanes laporkan sehingga sekarang ia juga melakukan sesuatu yang sepenuhnya luar biasa. Tidak ada penginjil, dan bahkan tidak Yohanes dalam sisa dari Injilnya, memutus suatu cerita untuk berbicara kepada para pembacanya secara pribadi dan untuk memastikan mereka berkenaan dengan kesaksiannya. Tetapi sekarang Yohanes melakukan hal ini.].
Adanya ay 35 ini menyebabkan dari banyak pandangan mengapa dari sisi Yesus bisa keluar darah dan air itu, saya lebih condong pada pandangan yang bersifat luar biasa (pandangan no 1 atau no 6).
7) Apa artinya darah dan air yang keluar dari sisi Yesus itu?
Pandangan Calvin dan Spurgeon.
a) Calvin menganggap bahwa:
1. Darah menunjuk pada penebusan, yang menyebabkan kita mendapatkan justification / pembenaran.
2. Air menunjuk pada pembasuhan, yang menyebabkan kita mendapatkan sanctification / pengudusan.
Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Anti-Type dari sacrifice / korban [= darah] dan washings / pembasuhan [= air] dalam Perjanjian Lama.
b) Spurgeon membandingkan bagian ini dengan Zakh 12:10, dan ia mengajak untuk membaca Zakharia ini terus sampai Zakh 13:1 yang berbunyi: “Pada waktu itu akan terbuka suatu sumber bagi keluarga Daud dan bagi penduduk Yerusalem untuk membasuh dosa dan kecemaran.”.
Ia lalu menyimpulkan bahwa ‘darah’ menangani dosa, dan ‘air’ menangani kecemaran.
Jelas bahwa pandangan Calvin dan Spurgeon ini boleh dikatakan sama, dan saya paling condong pada pandangan ini.
Rupa-rupanya berdasarkan ajaran inilah seorang yang bernama Toplady menulis lagu yang berjudul: Rock of Ages, cleft for me (‘Padamu Batu Zaman’).
Rock of Ages, cleft for me, [= Batu karang jaman, celah bagiku,]
Let me hide myself in Thee; [= Biarlah aku menyembunyikan diriku di dalamMu,]
Let the water and the blood, [= Biarlah air dan darah,]
From Thy riven side which flowed, [= yang mengalir dari sisiMu yang sobek,]
Be of sin the double cure, [= menjadi penyembuhan / pengobatan ganda bagi dosa,]
Cleanse me from its guilt and power. [= mencuci aku dari kesalahan dan kuasanya].
8) Tujuan Yohanes menuliskan ini adalah:
a) Supaya kita bisa yakin bahwa Kristus betul-betul sudah mati.
Ini menunjukkan pentingnya fakta kematian Kristus bagi iman kita (bdk. 1Kor 15:3).
b) Supaya orang percaya kepada Yesus (ay 35b).
Yohanes 19: 35: “Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya.”.
Lenski menghubungkan ay 35 ini dengan Yohanes 20:31 - “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya.”.
Sudahkah saudara percaya kepada Yesus??
YOHANES 19:31-37 (ARTI DARAH DAN AIR)
-Amin-
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus