Keyword1, Keyword2, Keyword3, Keyword4, Keyword5 dst..
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

HIDUP YANG BERBUAH (FILIPI 1:22)

 HIDUP YANG BERBUAH.

"Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:22)
Seorang tetangga saya sibuk menebang sebuah pohon yang tumbuh dipekarangan rumahnya yang luas. Ketika saya bertanya mengapa ditebang, ia berkata bahwa pohon itu tidak kunjung berbuah meski sudah diberi pupuk dabn dirawat baik. Pohon jambu itu sebenarnya keliatan cukup subur dan rindang, tetapi kenyataannya lebih dari tiga tahun pohon itu sama sekali tidak menghasilkan buah sama sekali.
HIDUP YANG BERBUAH
Maka saking jengkelnya ia memutuskan untuk menebang pohon jambu itu dan akan menanam pohon jambu jenis lainlain dengan sistem tambulampot (tanaman buah dalam pot) yang menurutnya lebih cepat berbuah. Saya pun kemudian berpikir bahwa sebuah pohon buah ternyata punya tugas untuk menghasilkan buah. Jika tidak, maka pohon itu tidak berguna dan hanya akan berakhir dengan ditebang dan dibuang atau dibakar
Sangat menarik ketika kita bisa menjumpai peringatan yang sama dari Yesus mengenai pentingnya sebuah kehidupan yang berbuah. Dalam Lukas 13:6-9 Yesus memberi perumpamaan lewat pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya. Suatu hari sang pemilik mendatangi pohon untuk mencari buah, tapi ia tidak menemukannya. Tiga tahun sudah pohon itu hidup tapi tidak satupun buah yang dihasilkannya. Sang pemilik berkata: "Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!" (ayat 7). Tapi tukang kebun memohon kesempatan sekali lagi bagi si pohon. Tapi jika kesempatan itu tidak membawa perubahan, maka mau tidak mau pohon itu mesti ditebang.
Pada kesempatan lain Yesus menggambarkan diriNya sebagai pokok anggur yang benar dan Bapa sebagai pengusahanya, yaitu dalam Yohanes 15:1-8. Kata Yesus: "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah,dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah." (ayat 2). Lalu lihatlah kata-kata Yesus selanjutnya yang tidak sulit untuk kita mengerti. "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar." (ayat 4-6). Dan dalam Matius 3:10 tertulis: "Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api."
Semua ini menggambarkan bahwa kehidupan kita pun seperti pohon. Tuhan tidak menciptakan sesuatu asal-asalan. Segala yang Dia ciptakan ada tujuannya dan berisi rencana indah, terlebih manusia yang Dia ciptakan dengan istimewa. Kalau Tuhan punya rencana dalam menciptakan kita, tentu kita pun tidak sembarangan asal hidup di dunia ini. Hidup kita punya tujuan, punya makna dan harus berfungsi baik serta membawa manfaat bagi sesama. Bayangkan apabila kita bukannya membawa dampak baik dan memberkati orang lain, kota maupun bangsa, tetapi malah menjadi masalah bagi orang lain. Bayangkan apabila kita bukannya menghasilkan buah-buah manis tapi malah jadi benalu di masyarakat. Bukankah itu buruk?
Hidup haruslah punya makna. Seringkali kita terlena ketika hidup terasa baik-baik saja. Kita merasa bahwa kita masih punya kesempatan, jadi sekarang kita masih bisa bersenang-senang melakukan apapun termasuk hal-hal yang sebenarnya tidak berkenan di mata Tuhan. Bertobat nanti saja, toh waktu masih banyak. Ada banyak pula yang berpikir bahwa hidup bisa dijalani seenaknya sesuka kita tanpa tanggungjawab, tanpa kewajiban. Itu bukanlah bentuk hidup yang Tuhan inginkan buat kita jalani. Ada panggilan bagi masing-masing kita, yang diberikan lengkap dengan penyediaan talenta-talenta atau bakat dari Tuhan yang akan sangat berguna bagi kita untuk melaksanakan panggilan tersebut.
Disamping itu Tuhan pun siap melimpahi kita dengan berkat-berkat terbaik yang berasal dari perbendaharaanNya sendiri. Semua itu diberikan agar dalam masa hidup kita yang singkat ini, kita bisa membawa dampak positif bagi dunia. Kita menjadi saluran berkat Tuhan, memberkati kota dan lingkungan dimana kita tinggal, menghasilkan buah-buah manis dan segar yang bisa dinikmati dan bermanfaat bagi banyak orang.
Daud sadar bahwa masa hidup manusia sesungguhnya singkat."Manusia sama seperti angin, hari-harinya seperti bayang-bayang yang lewat." (Mazmur 144:4). Masa hidup manusia ini sesungguhnya sekelebat saja, seperti angin berhembus, seperti bayang-bayang lewat. Musa juga menyadari hal yang sama. "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (90:10). Begitu singkatnya, berlalu buru-buru. Hari ini ada, sebentar lagi sudah tiada. Itulah sebabnya kita harus menghargai waktu yang diberikan. "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (ayat 12).
Paulus mengajarkan kita untuk mau memperhatikan secara cermat agar mempergunakan waktu yang ada dengan baik. "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:15-16). Dalam kesempatan lain ia berkata "..Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu." (1 Korintus 7:21). Dan Petrus mengingatkan kita, hendaklah .."waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah." (1 Petrus 4:2). Semua ini berbicara mengenai pentingnya menghargai waktu dan kesempatan selagi masih diberikan. "mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!" (Lukas 13:9).
Adalah penting bagi kita untuk merenungkan sejauh mana kita sudah berjalan. Apakah kita sudah menjalankan tugas-tugas yang diberikan Tuhan? Apakah kita sudah melakukan segala sesuatu sesuai rencana Tuhan ketika menciptakan kita? Dan yang tidak kalah pentingnya, apakah kehidupan kita sudah memberi buah? Paulus pernah mencurahkan perasaannya dari dalam penjara dalam surat Filipi. Ia bercerita bahwa ia ditangkap bukan karena melakukan kesalahan kriminal tetapi justru karena mewartakan kebenaran tentang Kristus. Tapi dalam menghadapi ketidakadilan itu ia tidak bersungut-sungut dan mengeluh karena ia tahu benar bahwa kalaupun ia mati, itu bukan kerugian melainkan keuntungan. "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21).
Lewat ayat ini Paulus bukan sedang menganjurkan kita untuk mati atau bunuh diri. Bukan demikian. Bagi orang-orang yang tetap setia dan taat hingga akhir, semuanya akan menuju ke tempat dimana .."Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." (Wahyu 21:4).
Sebuah tempat yang telah disediakan langsung oleh Yesus Kristus. (Yohanes 14:2-3). Dan Paulus tahu bahwa apabila ia tetap menjalani hidup seperti yang dikehendaki Tuhan, maka sebuah tempat yang disediakan Kristus pun akan tersedia pula baginya. "Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (2 Korintus 5:1).
Itulah yang ia sebut sebagai "keuntungan". Akan tetapi apabila ia masih diberikan kesempatan untuk hidup, maka seluruh hidup itu haruslah diisi dengan sesuatu yang bermakna, melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sanggup menghasilkan buah demi kemuliaan Allah. "Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:22a).
Jika kita masih diberi kesempatan untuk hidup, maka hendaklah hidup diisi dengan segala sesuatu yang mampu menghasilkan buah. Itulah yang seharusnya menjadi dasar pemikiran kita dalam menjalani hidup dari hari ke hari.
Perhatikan bahwa masalah berbuah dalam hidup merupakan hal yang sangat penting di mata Tuhan. Tentu yang dimaksud dengan kehidupan yang berbuah adalah kehidupan yang menghasilkan banyak manfaat atau kebaikan bagi sesama kita, dimana mereka akan bisa merasakan langsung keberadaan atau eksistensi Tuhan secara nyata lewat diri kita, bukan buah-buah yang beracun dan mematikan.
Sebab Tuhan juga sudah mengingatkan kita akan penyesat-penyesat yang akan mudah kita bedakan dari jenis buah yang mereka hasilkan. Sebab "Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik." (Matius 7:18). "Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." (Matius 7:20).
Kita akan dikenal orang lewat buah yang kita hasilkan. Ketika buah yang dihasilkan baik, manis, ranum dan segar, orang bisa mengenal Yesus dari buah-buah tersebut. Buah yang buruk akan membuat nama Yesus juga ikut tercemar, lantas orang yang sama sekali tidak menghasilkan buah berarti menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Tuhan dan hanya akan berakhir dengan ditebang dan dibakar.
Perhatikan kembali Yohanes 15:1-8 yang berisi pengajaran Yesus mengenai buah, bagaimana caranya agar kita berbuah dan apa yang akan terjadi jika kita gagal menghasilkan buah. "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar." (ayat 4-6). Tidak akan ada ranting yang bisa menghasilkan buah apabila tidak menempel pada pohon.
Demikian pula halnya dengan kita. Kita hanya akan bisa berbuah lebat apabila tinggal di dalam Yesus, jika tidak maka kita hanyalah ranting kering rapuh dan mati, yang tidak akan kemana-mana selaian dikumpul dan dibakar. Dan Yesus pun menutup pengajaranNya ini dengan: "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." .
Ada rencana Tuhan yang besar bagi setiap kita. Ada tugas-tugas yang dibebankan Tuhan kepada kita. Untuk itu kita sudah Dia perlengkapi dengan berbagai keistimewaan lewat talenta atau bakat yang ada pada diri kita masing-masing. Semua bakat ini harus diasah hingga tajam, dan kita harus membawa seluruh hidup kita untuk tinggal ke dalam Yesus. Disanalah kita akan menjadi pribadi-pribadi yang menghasilkan buah-buah baik yang bisa menolong, memajukan, menginspirasi dan memberkati orang lain.
Kita tidak pernah tahu berapa lama lagi waktu yang diberikan, bisa lima puluh tahun, sepuluh tahun, sehari bahkan semenit atau sedetik lagi. Oleh karena itu marilah kita belajar untuk lebih menghargai waktu dan mengisinya dengan segala sesuatu yang berharga, menghasilkan buah-buah manis yang berkenan bagi Tuhan.

1 komentar untuk " HIDUP YANG BERBUAH (FILIPI 1:22)"