Keyword1, Keyword2, Keyword3, Keyword4, Keyword5 dst..
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KESELAMATAN DARI ALLAH YANG BERKUASA

KESELAMATAN DARI ALLAH YANG BERKUASA

Semua manusia telah berdosa. Oleh karena itu semua manusia layak untuk dihukum (Roma 6:23). Akan tetapi Allah memilih untuk menyelamatkan manusia. Mengapa? Yohanes 3:16 menjelaskan bahwa karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Keselamatan adalah inisiatif Allah sendiri karena kasih, dan untuk kemuliaan-Nya. 

Dia datang ke dunia mengambil rupa manusia – yaitu manusia Yesus Kristus – untuk menjadi domba sembelihan bagi keampunan dosa manusia. Oleh penumpahan darah Kristus manusia diampuni sebab tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan (Ibrani 9:22). 

Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2 Korintus 5:21). Kristus adalah korban sembelihan yang sempurna bagi keampunan dosa manusia. Diluar Kristus tidak ada jalan keselamatan yang lain (Kisah Para Rasul 4:12) dan keselamatan itu semata-mata hanya anugerah Allah, tidak ada satu pun usaha yang dapat dilakukan manusia untuk memperoleh keselamatan itu (Efesus 2:8-9).

Dalam menerima keselamatan itu, ada hal-hal yang terjadi dalam diri manusia, yang walaupun merupakan satu kesatuan yang hakiki, tapi dapat dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Hal-hal tersebut adalah kelahiran kembali, pertobatan, iman, pengampunan, pembenaran, pengudusan dan ketekunan.

Kelahiran Kembali

Kelahiran kembali adalah tindakan Allah memberikan kehidupan rohani kepada manusia. Kelahiran kembali adalah suatu metafora untuk langkah awal keselamatan yang bukan terjadi oleh perbuatan manusia tetapi semata-mata karya Allah. 


Ihwal kelahiran kembali ini pertama kali muncul dalam percakapan antara Yesus dan Nikodemus seperti yang tertulis dalam 1 Yohanes 3:1-21. Perkataan Yesus perihal manusia harus dilahirkan kembali untuk melihat Kerajaan Allah tidaklah dipahami secara harafiah dengan melihat/memikirkan, kelahiran jasmaniah. Ferguson mengatakan bahwa farasa kelahiran kembali berarti awal yang lain.

Setiap orang yang hendak masuk ke Kerajaan Allah haruslah dilahirkan kembali. Dalam percakapan Yesus dengan Nikodemus, Yesus setidaknya memberikan 3 alasan tentang pentingnya kelahiran kembali.

1.Alasan yang pertama adalah karena manusia daging adanya, dan itu berarti bahwa natur manusia tidak dapat menghasilkan realitas rohani. Daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa (1 Korintus 15:50).

2,Alasan yang kedua adalah bahwa manusia tidak dapat melihat Kerajaan Allah, dalam artian bahwa manusia tidak dapat mengenal, menghargai dan memahami pentingnya kerajaan itu. Lebih dari itu, manusia tidak hanya buta tetapi juga dikelilingi oleh kegelapan.

3.Alasan yang ketiga adalah bahwa manusia lemah dan tak berdaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah

Dilahirkan kembali berarti lahir dari air dan Roh (Yohanes 3:5). Seperti yang sudah sedikit disinggung sebelumnya bahwa hal kelahiran kembali adalah pekerjaan Allah melalui Roh Kudus-Nya. Roh bekerja dalam diri manusia, membersihkan jiwa dan memurnikannya seperti air, membuang kotorannya yang tidak layak bagi Kerajaan Allah, serta mendinginkan dan menyegarkan jiwa, seperti air bagi bagi rusa yang kehausan. Hal kelahiran kembali juga dibandingkan dengan angin (Yohanes 3:8).

Metthew Henry memberi penjelasan bahwa dalam membaharui manusia, Roh bekerja sesuai dengan kehendak-Nya, sebagai pekerja yang bebas kepada siapa, kapan, dan dimana saja. Seperti halnya angin yang tidak terlihat arah atau sumbernya namun dampaknya dirasakan, demikianlah Roh Kudus bekerja dalam hati manusia.

Dia bekerja dengan penuh kuasa dan dengan dampak-dampak yang nyata. Roh Kudus bekerja secara rahasia dan dengan cara-cara yang tersembunyi, tetapi berdampak besar.

Dalam kelahiran kembali akal budi manusia dicerahkan sehingga dapat mengerti akan Kerajaan Allah. Dalam kelahiran kembali hati manusia dimurnikan; Allah menaruh hukum-hukum-Nya dalam hati manusia sehingga manusia termotivasi untuk memuliakan dan melayani-Nya di jalan kebanaran bukan karena paksaan dari luar melainkan oleh kuasa dari dalam. Dalam kelahiran kembali keinginan-keinginan manusia diperbaharui, sehingga manusia senantiasa mendambakan susu rohani yang murni untuk pertumbuhannya.

Pertobatan

Adalah menarik apa yang  Anthony A. Hoekema dikatakan  tentang Perjanjian Baru, bahwa itu dimulai (Matius 3:2) dan diakhiri dengan panggilan untuk pertobatatan (Wahyu 3:19). Ini menunjukkan urgensi pertobatan dalam kehidupan manusia yang tercemar oleh dosa. Dalam Perjanjian Lama, kata Ibrani yang dipakai untuk pertobatan adalah kata nicham, yang berarti menyesal, tergerak oleh belas kasihan atau bertobat dari perbuatan yang salah.

Dalam Perjanjian Baru, kata ini sama dengan kata Yunani metanoia. Kata lain yang lebih sering digunakan untuk pertobatan adalah kata shūbh, berarti berbalik, pergi kearah yang berlawanan. Dalam Perjanjian Baru kata ini sama dengan kata epistrephō. “Pertobatan dapat didefinisikan sebagai tindakan yang secara sadar dilakukan oleh seorang yang telah diregenerasikan untuk berbalik dari dosa kepada Allah di dalam suatu perubahan kehidupan sepenuhnya, yang dinyatakan didalam bentuk suatu cara berpikir, merasa, dan berkehendak yang baru.

Pertobatan adalah anugerah Allah kepada manusia (Kis. 11:8, Roma 2:4). Pertobatan mencakup aspek-aspek yang dapat dibedakan, namun tidak boleh dipisahkan.

1.Aspek yang pertama adalah aspek intelektual, yaitu melibatkan pengenalan akan kekudusan dan keagungan Allah, pengakuan atas dosa dan pemahaman akan kasih setia Allah.

2.Aspek yang kedua adalah aspek emosional, mencakup perasaan duka cita yang mendalam atas dosa dan akibat dosa, serta rasa sukacita atas pengampunan Allah dan sukacita di dalam melakukan kehendak Allah.

3,Aspek yang ketiga adalah aspek volisional, yaitu perubahan dalam tujuan dan motivasi yang dinyatakan secara tampak dalam buah-buah pertobatan.

Iman

Apa itu iman? Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr. 11:1). 

Dalam bahasa Ibrani, kata yang diterjemahkan sebagai iman sebenarnya memiliki arti menyokong atau meneguhkan, sementara kata Yunani yang diterjemahkan sebagai iman atau percaya sebenarnya memiliki arti berharap kepadanya atau bersandar kepadanya. “Secara teologis, yang dimaksud dengan iman adalah keteguhan hati seseorang untuk terus percaya kepada Tuhan, apa pun yang terjadi, dalam situasi apa pun, dan sampai kapan pun.” Iman adalah saluran keselamatan yang mutlak harus ada, sebab tanpa iman tidak mungkin seseorang berkenan kepada Allah (Ibrani 11:6). 

Kata dasar yang digunakan untuk mendefinisikan iman dalam Ibrani 11:1 sesungguhnya berarti surat bukti hak milik untuk sebidang properti. “Iman itu adalah bukti akan segala sesuatu yang belum sepenuhnya terlihat.”

Iman sendiri pada dasarnya adalah anugerah Allah kepada manusia (Filipi 2:13, I Korintus 12:3, Efesus 2:8, Matius 16:16-17). Dasar iman adalah Firman Allah (Roma 4:20-21) dan tujuan iman adalah Yesus Kristus.

Apa yang sering dianggap sebagai iman tetapi pada dasarnya itu bukan iman? Boice memaparkan ada 3 hal, yaitu iman bersifat subjektif, kredulitas, dan optimisme. Iman yang bersifat subjektif adalah iman dari perasaan religius yang terpisah dari kebenaran objektif pernyataan Allah. “Kredulitas adalah sikap orang-orang yang mau menerima sesuatu sebagai benar tanpa adanya bukti hanya karena mereka sungguh-sungguh berharap bahwa itu benar.” Sementara optimisme adalah sikap mental yang positif untuk menyebabkan apa yang dipercayai itu terjadi.

Boice merujuk kepada poin Calvin, bahwa iman sejati memiliki isi intelektual. Pengetahuan ini mencakup siapa Yesus, siapa manusia, dan hal-hal lain, dengan berdasar pada Alkitab. Namun iman tidak sebatas pada pengetahuan. “Iman alkitabiah yang sejati, juga menuntut gerakan hati.” Iman juga adalah soal kepercayaan atau komitmen, dimana manusia berbalik memercayai Allah sepenuhnya, bukan lagi diri sendiri.

Baca Juga: Gereja Perspektif Para Reformator

G.I. Williamson menuliskan bahwa iman berkaitan erat dengan pertobatan, dimana keduanya merupakan aspek dari transformasi total jiwa. Pertobatan menunjukkan aspek perubahan jiwa yang berpaling dari dosa dan dengan sungguh-sungguh membenci dosa, sementara iman menunjukkan aspek perubahan jiwa yang berpaling kepada Kristus dan mengalami keterikatan yang kuat denganNya

Pengampunan

Kata Yunani yang dipakai untuk kata pengampunan adalah aphesis yang juga dapat berarti memisahkan sesuatu. Ketika manusia diampuni oleh Allah, itu berarti bahwa dosa dijauhkan dari manusia. Pengampunan itu diterima ketika manusia beriman kepada Yesus dan bertobat.5

Kitab Ibrani menjelaskan bahwa syarat pengampunan dosa adalah adanya penumpahan darah (Ibrani 11:9). Allah mengampuni manusia bukan karena korban-korban sembelihan manusia, atau perbuatan-perbuatan manusia, tetapi karena darah Kristus yang tercurah. Matius 26:28, sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa

Pembenaran

Pembenaran adalah suatu tindakan anugerah Allah yang secara cuma-cuma mengampuni semua dosa manusia dan menerimanya sebagai orang-orang yang benar dalam pandangan-Nya, oleh karena kebenaran Kristus diperhitungkan atas manusia, dan diterima hanya melalui iman. Pembenaran bukan suatu tindakan menjadikan seseorang kudus, tetapi lebih merupakan pernyataan hukum.

Baca Juga: 4 Cara Memuliakan Allah

Ibarat di ruang pengadilan, manusia berdiri di hadapan Allah Bapa yang adalah Hakim. Seharusnya manusia yang berdosa dijatuhi hukuman yang amat berat akibat dosa-dosa manusia itu sendiri. Namun karena iman (yang di anugerahkan Allah) manusia dipersatukan dengan Kristus dan kebenaran Kristus diperhitungkan atas manusia, maka manusia diperhitungkan benar di hadapan Hakim. Dosa manusia ditanggungkan kepada Kristus dan kebenaran Kristus diperhitungkan kepada manusia (2 Korintus 5:21).

Pengudusan dan Ketekunan

Hal pengudusan adalah karya Roh Kudus dalam pribadi orang percaya. Oleh Roh Kudus terjadi kelanjutan pelayanan Yesus untuk memberikan kebebasan, bimbingan rohani, wawasan, aplikasi kedewasaan rohani, dan kedewasaan rohani kepada orang-orang percaya. Mengapa kekudusan itu penting? Ada setidaknya dua alasan.

1.Yang pertama adalah bahwa itu adalah perintah. Kuduslah kamu, sebab Aku kudus (1 Petrus 1:16). Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna (Matius 5:48).

Baca Juga: Anugerah Keselamatan Allah

2.Alasan yang kedua adalah bahwa tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan (Ibrani 12:14). Pengudusan merupakan suatu pekerjaan yang dilangsungkan terus-menerus dalam hidup orang percaya.

Tentu dalam tubuh kemanusiaan (dalam daging) manusia tidak akan mencapai kesempurnaan Allah. Itu akan diterima kelak ketika Yesus datang kembali menjemput saleh-salehNya. Manusia (walaupun telah menerima Kristus) tetap masih dapat jatuh dalam dosa. 

Namun yang harus dipahami bahwa orang percaya tidak lagi menghambakan diri pada dosa karena itu bukan identitas Kristen (1 Yohanes 3:9). Orang-orang percaya akan hidup dalam proses transformasi serupa Kristus. Orang-orang percaya akan hidup dalam ketekunan akan Firman Allah, dalam kebajikan, oleh iman kepada Kristus. https://teologiareformed.blogspot.com/

1 komentar untuk "KESELAMATAN DARI ALLAH YANG BERKUASA"